Monthly Archives: September 2016

#pesanbapak “Anak itu Amanah dari Allah”

Standard

(On phone)

M: Kok mamah bingung ya, padahal mamah yang doain setiap hari, pas dikabulin Allah kok sedih

I: Jangankan mamah, teteh juga sedih

M: Mamah juga, besarin teteh dari bayi terus asa ga ikhlas kok udah mau diambil orang aja

I: Teteh juga sama, teteh perasaan masih bayinya mamah, teteh juga takut

M: Pak, bapak ridho kalo anaknya cepet diambil orang terus ga sempet ngebales apa yang bapak kasih?

B: Eh.. ngomongnya jangan kemana mana. Anak itu amanah Allah, emang itu kewajiban buat ngebesarin, ngasih ilmu, ngasih biaya. Ga usah ada yang diganti.

M: Iya, mamah mah ikhlas aja, kalo bapak ikhlas. Kan bapak yang nyari uang buat ngebesarin anak-anak.

M: (lanjut bercanda) Teh awas ya kalo ga bales budi, ga bales semua uang yang dikasih orang tua.

B:Ehh kan kan, anak itu cuma sebatas tugas yang dikasih ke kita buat dijaga baik-baik. Kalo udah mau ada yang ngambil yaudah ikhlaskan, berarti Allah ngasih tugasnya sampai di situ aja.

M:Heureuy atuh pak (translate: bercanda paaak)

I: Ih kan drama, jangan ngomong gitu. Ntar teteh nangis. Satu pesen dari teteh ya mah pak. Jangan pilihkan orang untuk teteh karena parameter duniawinya. Mau dia se kaya apa pun. Ga ada artinya. Uang bisa dicari, kalo pas rumah tangga ga ada beras juga ga mungkin jadi ibu-ibu yang diem aja, pasti bantu suami. Teteh nggak sholehah, tapi teteh pengen surga, jadi teteh butuh orang yang nuntun teteh ke sana.

M: Iya lah, uang mah bisa dicari bareng-bareng dari nol.

I: Teteh mau orang yang minimal setara, dan kalau bisa jauh di atas teteh. Kalau lah teteh paham ilmu tajwid, izinkan teteh menanyakan hal itu. Kalaulah teteh ga sentuhan saat salaman, izinkanlah teteh untuk dapat yang seperti itu. Kalaulah teteh pernah ngaji kitab kuning, izinkanlah teteh untuk menanyakan hal itu juga. Emang bukan itu yang dicari, tapi setidaknya ada parameter hitung. Tapi akhlak yang utama. Gimana solatnya, sikapnya. Itu yang bener-bener ditakutin.

B: Gausah takut, gausah banyak pikiran. Teteh anaknya bapak, tanggung jawabnya bapak. Bapak yang hadepin semuanya. Teteh mah santai aja.

#speechless

Standard

[MENIKAH]

Menikah, tentu kita tidak bisa menyamakan sudut pandang setiap orang, meskipun saudara kembar atau orang tua. Bagi sebagian orang, lebih cepat, lebih baik karena menghindarkan diri dari zina. Sebagian orang berpikir mengenai kemapanan, ah tapi kamu akan mengalami bagaimana rasanya tidak tertarik pada orang dengan penghasilan tinggi jika memang kecenderungan enggan muncul juga. Atau tentang seorang rupawan, yang kadang menarik matamu. Bukan juga.
.
.
Mungkin gadis-gadis seringkali bercanda dengan ucapan ingin dijodohkan dengan “pengusaha muda, kaya, ganteng, lembut, dan sholeh”. Waw emangnya ada? Adaaa…. tapi ternyata wahai gadis, ketika tiba-tiba ada sosok yang tak kau kenal dengan kriteria seperti itu, belum tentu kau mau bersamanya, ya.. kembali pada orientasi hidup dan pernikahanmu. Hartakah? Rupa? Tahta dan keturunan? Atau… ini yang paling langka, agama. Banyak orang beragama, pandai ilmu agama, tapi sedikit sekali orang yang berakhlak agama. Ya, berakhlak agama. Bukan yang munafik, melainkan dia yang berkomitmen tinggi pada Tuhannya.
.
.
Wahai gadis-gadis, rasanya sering berkode tentang jodoh, jodoh, dan jodoh demi menarik perhatian seseorang itu belum tentu baik. Apakah kalian pernah berpikir dan merasakan didatangi oleh banyak pria serius ke orang tuamu itu menyenangkan? Jawabku, tidak sama sekali! Tidak! Rasanya sungguhlah tidak enak!
.
.
Karena aku takut tertarik pada parameter-parameter duniawi yang sulit aku elakkan. Kaya, tampan, keluarga berpendidikan, kemudian aku harus berjuang untuk mengingatkan bahwa semua itu fana hey..
Aku bisa sombong gara-gara harta dunia yang setitik, atau aku bisa sombong dengan memiliki suami tampan dan anak-anak yang lucu. Aku bisa sombong karena latar belakang keluarga. Ah, mengerikan.
.
.
Aku, tidak shalihah, tidak ada yang unggul dari pada ku, dosa ku banyak, banyaaaak sekali, dan aku sangat membutuhkan seseorang yang bisa mengangkatku dari siksa neraka. Aku ingin belajar bersama-sama tentang agama, tentang Tuhan, aku akan mati, iya mati. Aku butuh teman hidup yang harus ku pilih dengan selektif, ah tapi jodoh sudah tertulis di lauhul mahfudz, pasti memang akan dijodohkan dengan jodoh kita kan. Okay, hmm hamba memohon kepada-Mu Yaa Rabb.. jadikanlah hamba dan jodoh hamba sebagai hamba-hamba yang taat kepada-Mu, menuju ridho-Mu.

View on Path